BACA JUGA:STY: Bukan Waktunya Menyerah
Komunikasi kuncinya. Seorang pelatih harus menyampaikan ide dan filosofi yang dia inginkan ke pemain.
Seharusnya, minimal STY bisa menguasai bahasa Inggris agar pesan-pesan dan arahannya bisa dipahami para pemainnya.
Hal ini tak lepas dari sorotan suporter. Pemain-pemain saat ini kualitasnya lebih baik. Dan seharusnya kualitas permainan pun semakin lebih bagus.
"Masih percaya STY? Dikasih pemain lebih bagus setiap bulan, malah kualitas permainan makin buruk.
"Jadi lebih baik sekarang STY Out. Permaian terbaik timnas dari STY datang sampai sekarang itu yang oke cuma di Piala Asia, sisanya NOL BESAR," tulis akun @Namikaz.
Kualitas pemain tak lepas dari tuntutan STY kepada PSSI.
Erick Thohir bisa dibilang menjawab kemauan STY, memanggil pemain-pemain mentereng.
Sebut saja Mees Hilgers dan Kevin Diks dan yang terbaru Ole Romeny. Ketiga pemain itu merupakan target lama yang diinginkan STY sejak 2020.
Tapi patut diakui, kendala terbesar STY dengan mayoritas pemain keturunan adalah komunikasi.
"Udah rame semalem siapa objek penderita King Indo kalah.
"Bukan gak bijak tapi alasan-alasan mereka ada benarnya.
BACA JUGA:Timnas Jamu Jepang di GBK: Baca Kelemahan Indonesia?
"Nuntut PSSI impor pemain Indo di Eropa tapi arsitek masih pakai mindset Asia Tenggara, nggak bisa bahasa Inggris lagi.
"Pemain bagus pelatih bapuk. Jika besok lawan Arab Saudi kalah setuju #STYOut," tulis akun @kanitanafiza.
Menariknya, pegiat sepak bola seperti Darius Sinathrya memberikan opininya.